Senin, 18 November 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR



stikes.jpgASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY oF CARE TERHADAP Ny.D UMUR 26 TAHUN G3 P2 A0 UMUR KEHAMILAN 34 MINGGU 2 HARI
DENGAN ATONIA UTERI DI PMB NURMALA DEWI ,S.ST
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018







LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi D III
Kebidanan 
Stikes Adila Di Kota Bandar Lampung

Disusun Oleh :
ECY CINDY CINDIA
NIM:201611055P


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
 DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

PERSETUJUAN

terima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila



Hari                 :
Tanggal           :



Pembimbing



Yuhelva Destri, SKM.,M.Kes
NIK.




PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY oF CARE TERHADAP
Ny.D UMUR 26 TAHUN G3 P2 A0 UMUR KEHAMILAN 34
MINGGU 2 HARI DENGAN ATONIA UTERI DI PMB
NURMALA DEWI ,S.ST BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

ECY CINDY CINDIA
NIM:201611055P

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program
 Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila
Pada tanggal:

TIM PENGUJI
                        Penguji I                                                          Penguji II

            Anriani Rambe, S.kep.,M.kes                         Gusrika Rambe, M.Keb
NIK........................................                          NIK....................................

Mengetahui :
Direktur


dr. Wazni Adila, MPH
NIK 201104100

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Terhadap NyD Umur 26 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 34 Minggu 2 Hari Dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III Kebidanan.
Dalam Penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dari pihak dosen pembimbing dan keluarga untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.         Ibu dr. Wazni Adila M.P.H selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
2.         Yuhelva Destri, Skm., M.Kes selaku Pembimbing Akademik
3.         Nurmala Dewi, S.ST sebagai tempat pengambilan Penelitian
4.         Seluruh Dosen dan staf Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung
5.         Keluarga, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Maret 2019


                                                                                     Penulis



CURICULUM VITAE








Nama                                           : Ecy Cindy Cindia
Nim                                             : 201611055p
Tempat/tanggal lahir                   : Tambun Bekasi, 06 April 1998
Alamat                                        : Mataram Marga, Kec.Sukadana Kab.Lampung Timur
Institusi                                       : Stikes Adila di Kota Bandar Lampung
Angkatan                                    : XI (Sebelas)
Riwayat Pendidikan                   :
1.      MI Miftahul Huda Banding Sukadana Tahun 2004-2010
2.      Mts Miftahul Huda Banding Sukadana Tahun 2010-2013
3.      SMK N1 Sukadana Tahun 2013-2016








MOTTO



Jadilah Kamu Manusia Yang Pada Kelahiranmu Semua Orang Tertawa Bahagia
Tetapi Hanya Kamu Sendiri Yang Menangis
Dan Pada Kematianmu Semua Oang Menangis
Dan Hanya Kamu Sendiri Yang Tersenyum















PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim...
Alhamdulillahirabillalamin, satu langkah telah usai dan satu cita telah kugapai. Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya tetapi inilah awal perjuanganku akan dimulai.
Laporan Tugas Akhir ini akan kupersembahkan untuk :
1.         Orang Tuaku yaitu mamaku tercinta rohaila, dan Umiku Hj.Siti Aisyah Terimakasih selalu memberikan semangat yang tiada henti untukku, selalu menyebut namaku dalam setiap do’amu. Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malammu dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah.
2.         Untuk kakakku Chandra Putra Jaya dan Mery Yuliani, terimakasih sudah memberikan dukungan, semangat dan doa untuku
3.         Untuk Sahabatku Rossidah, Rossi Nofitri dan Maya Safitri Masduri, terimakasih untuk tulusnya persahabatan yang sudah terjalin suka duka, canda tawa yang selalu menghiasi hari-hariku selama ini, terimakasih kalianlah penguatku selama ini.
4.         Untuk teman seperjuanganku, terimakasih karena kebersamaan kita hingga saat ini.



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu merupakan indikator dalam pembangunan kesehatan. Selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota juga menjadi komitmen internasional dalam pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan ibu adalah ibu hamil, ibu melahirkan/bersalin, ibu nifas/pasca melahirkan atau dikenal dengan ibu maternal . kelompok inilah yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan kesehatan bahkan kematian. (Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2014).

Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8%, abortus 1,6%,  dan lain-lain (Kemenkes RI, 2014).

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%, biasanya perdarahan pasca persalinan),  sepsis ( 15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain (8%) (Prawirohardjo, 2014:53-54).
1
 
Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2015, penyebab kematian ibu disebabkan oleh perdarahan 46 kasus, hipertensi sebanyak 35 kasus, infeksi sebanyak 7 kasus, gangguan sistem peredaran darah sebanyak 10 kasus, gangguan metabolik sebanyak 3 kasus, dan lain-lain sebanyak 48 kasus (Profil Kesehatan Lampung Tahun, 2015).

Perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi dua yaitu PPP primer, dan PPP sekunder,PPP primer yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta.(Prawirohardjo, 2016:524).

Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).  Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik (tidak adekuat) setelah persalinan. Penyebab dari atonia uteri yaitu :overdistention uterus seperti: gemelli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi, usia yang terlalu muda atau telalu tua, multipara/grande dengan jarak kelahiran pendek, partus lama, dan malnutrisi. (Maternity, dkk, 2016:127).

Menurut jurnal Sugi Purwanti dan Yuli Trisnawati, umur merupakan faktor penting yang dapat memicu terjadinya atonia uteri dikarenakan umur berkaitan dengan organ dan hormon yang berperan saat persalinan, jika umur terlalu muda organ dan hormon belum siap dalam proses persalinan, namun jika terlalu tua fungsi organ dan hormon mengalami kemunduran. Paritas merupakan salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena atonia uteri, hal ini berkaitan dengan otot-otot rahim, jika terlalu sering melahirkan dan jarak kelahiran terlalu dekat maka serabut miometrium mengalami penurunan fungsi dalam berkontraksi sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. (purnawati dan Trisnawati, 2015).

Berdasarkan Latar Belakang Di atas Maka Peneliti Tertarik Mengambil Judul Mengenai “Asuhan Kebidanan Continuity of Care Terhadap Ny.D Umur 26 Tahun G3 P2 A0 Usia Kehamilan 34 Minggu 2 Hari Dengan Atonia Uteri Di PMB Nurmala Dewi,S.ST Bandar Lampung Tahun 2018”.

B.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan tugas akhir ini yaitu “ Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Continuity of Care terhadap Ny.D Umur 26 Tahun G3 P2 A0 Usia Kehamilan 34 Minggu 2 Hari Dengan Atonia Uteri Di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018?”.

C.  TUJUAN
1.    Tujuan Umum
Untuk Menerapkan Asuhan Kebidanan Continuity of Care terhadap Ny.D Umur 26 Tahun G3 P2 A0 Usia Kehamilan 34 Minggu 2 Hari Dengan Atonia Uteri Di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.


2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data subjektif terhadap Ny.D umur  26 Tahun G3 P2 A0 usia kehamilan 34 minggu 2 Hari dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi,S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.
b.    Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif terhadap Ny.D umur 26 tahun G3 P2 A0 usia kehamilan 34 minggu 2 Hari dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.
c.    Mahasiswa mampu melakukan analisa data terhadap Ny.D umur 26 tahun G3 P2 A0 usia kehamilan 34 minggu 2 Hari dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.
d.   Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan terhadap Ny.D umur 26 tahun G3 P2 A0 usia kehamilan 34 minggu 2 Hari dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.
e.    Mahasiswa mampu menyampaikan kesenjangan teori dan praktik terhadap Ny.D umur 26 tahun G3 P2  A0 usia kehamilan 34 minggu 2 Hari dengan Atonia Uteri di PMB Nurmala Dewi, S.ST Bandar Lampung Tahun 2018.

D.  MANFAAT PENELITIAN
a.    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada peserta didik selama mengikuti perkuliahan dan sebagai sumber bacaan dan sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
b.    Bagi Klien dan masyarakat
Setelah diberikan Asuhan Continuity Of Care diharapkan dapat mencegah, mendeteksi, dan mengatasi masalah yang terjadi pada ibu hamil, bersalin, nifas dan kb sehingga memungkinkan segera mendapat penanganan secara langsung dari tenaga kesehatan.
c.    Bagi Penulis Selanjutnya
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan serta sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar
1.      Kehamilan
a.       Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua berlangsung dalam 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo,2014 :213).
b.      Tujuan Asuhan Kehamilan
a.       Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin.
b.      Meningkatkan dan memepertahankan kesehatan fisik, mental, serta social ibu dan bayi.
c.      
6
Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.
d.      Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
e.       Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif bejalan normal.
f.       Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Sulistyawati, 2016 :4).

c.       Standar Asuhan Kehamilan
1)      Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal:
a)      Satu kali pada trimester I ( usia kehamilan 0-13 minggu)
b)      Satu kali pada trimester II ( usia kehamilan 14-28 minggu)
c)      Dua kali pada trimester III ( usia kehamilan 28-36 minggu dan 36-40 minggu) (Astuti, 2017 h:9)
2)      Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus (sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
a)        Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b)        Ukur tekanan darah.
c)        Ukur tinggi fundus uteri
d)       Pemberian imunisasi TT lengkap
e)        Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f)         Tes laboratorium (rutin dan khusus).
g)        Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan (Sulistyawati,2016 :4-5)

d.      Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil
1)      Sistem Reproduksi
a)      Uterus
Pada kehamilan cukup bulan,ukuran uterus adalah 30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc.Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesterone.
Pembesaran uterus disebabkan :
(1)   Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
(2)   Hyperplasia dan hipertrofi,
(3)   Perkembangan desidua.




Tabel 2.1
Menurut Pertambahan Pertiga Jari
Usia kehamilan
(minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12
3 Jari diatas simfisis
16
pertengahan pusat simfisis
20
3 jari di bawah simfisis
24
Setinggi pusat
28
3 jari di atas pusat
32
Pertengahan pusat-prosesus xipoideus (px)
36
3 jari dibawah prosesus xipoideus (px)
40
Pertengahan pusat prosesus xipoideus (px)
                        (Sulistyawati, 2016 :60).
b)      Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone.
c)      Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2016: 61).
d)     Sistem Hormonal
1)   HCG (Hormone Corionic Gonadotropin)
HCG meningkat 8 hari setelah ovulasi (9 hari setelah puncak LH pertengahan siklus).
Selama 6-8 minggu kehamilan HCG mempertahankan korpus liteum untuk memproduksi estrogen dan progesterone dan selanjutnya akan diambil oleh plasenta.
2)   HPL (Hormone Placenta Lagtogene)
Lactogen plasenta manusia (HPL) dihasilkan oleh plasenta. Pada kehamilan cukup bulan HPL meningkat 10% dari produksi protein plasenta. HPL bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
3)   Estrogen
Hormon ini memiliki fungsi proliferasi pada hampir semua organ reproduksi ibu hamil selama kehamilan, kadarnya yang tinggi menyebabkan pembesaran uterus, pembesaran payudara, serta struktur dari duktus payudara dan pembesaran organ genetalia eksterna ibu. Estrogen juga berperan untuk merelaksasi berbagai ligamen panggul ibu, sehingga sendi sakroiliaka menjadi relatif lentur dan simpisis pubis menjadi elastis.
4)   Progesteron
Produksi progesteron lebih banyak jika dibandingkan dengan estrogen. Pada akhir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabkan tonus otot polos menurun dan juga dieresis, progesteron juga menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi baik pada wanita hamil maupun menyusui. (Astuti, dkk 2016:71).
5)   Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang di pompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung meningkat sampai 30-50 %.Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncak pada usia kehamilan 16-28 minggu. Setelah mencapai kehamilan 30 minggu curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim yang menekan pada bagian vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung (Sulistyawati, 2016 :61)

6)   Sistem Perkemihan
Pada saat masa kehamilan kandung kemih akan bergeser kea rah atas sehingga uretra akan memanjang sekitar 7,5 cm  pembesaran uterus juga akan menekan kandung kemih sehingga akan menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun urin yang ada di dalam kandung kemih hanya sedikit (Astuti dkk, 2017:88)


7)   Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone (Sulistyawati, 2016 :63).
8)   Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir.
Oleh karena itu, peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan
(Sulistyawati,2016 :63).
9)      Sistem Muskuloskeletal
Pada kehamilan peningkatan hormon steroid dan elastisitas serta pelunakan yang berlebihan pada jaringan kolagen dan jaringan ikat akan menyebabkan relaksasi ringan meningkatkan mobilitas sendi panggul yang memungkinkan terjadinya pembesaran dimensi panggul. Pada otot dinding abdomen juga akan mengalami perubahan menjadi sedikit kehilangan tonusnya akibat peregangan yang terjadi (Astuti dkk, 2017 :91)

10)  Sistem Pernapasan
Pada saat kehamilan terjadi pembesaran pada uterus akan menyebabkan diafragma naik sekitar 4 cm selama kehamilan, selain itu panjang paru juga akan berkurang, diameter transversal kerangka toraks akan meningkat sekitar 2 cm dan lingkar dada meningkat sekitar 6 cm (Astuti dkk, 2017 :85)
11) Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Berat Badan
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 1,57 meter. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2=20,7.
Nilai IMT mempunyai rentang sebagai berikut :
19,8-26,6                     : normal
<19,8                           : underweight
26,6-29,0                      : overweight
>29,0                            : obes
Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikan berat badannya lebih dari 1 kg/bulan.
Perkiraan kenaikan berat badan yang dianjurkan:
a)        4 kg pada kehamilan trimester 1
b)        0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III
c)        Totalnya sekitar 15-16 kg (Sulistyawati, 2016:68).

e.        Kebutuhan Ibu Hamil
1)      Kebutuhan Fisik
a)      Nutrisi
Setiap ibu hamil harus cukup mendapatkan informasi mengenai apa yang boleh dikonsumsi atau tidak boleh dikonsumsi oleh ibu selama masa kehamilan. Ibu hamil harus mendapatkan informasi mengenai manfaat mengonsumsi berbagai makanan selama kehamilan dalam kadar yang cukup. (Astuti dkk,2017 :110).

Salah satu makanan yang mengandung kafein tinggi adalah kopi, karena hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan BAK pada ibu hamil yang akan menyebabkan dehidrasi  serta peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Pertumbuhan dan perkembangan janin pun akan terganggu karena metabolisme janin belum sempurna. (Astuti, dkk 2017 :110).
b)      Personal hygiene
Kebersihan ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Bagian tubuh lain yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena saat hamil terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebihan. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam secara rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan. (Sulistiyawati, 2016 :118).
c)      Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III kehamilan. Sementara frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi. Kebutuhan ibu hamil karena rasa nyaman terhadap masalah eliminasi juga perlu mendapat perhatian . (Sulistiyawati, 2016 :119).
d)     Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selam tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini
1.      Sering abortus dan kelahiran premature
2.      Perdarahan pervaginam
3.      Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan
4.      Bila ketuban sudah pecah,koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri
(Sulistyawati, 2016 :119)
e)      Senam Hamil
Kegunaan senam hamil adalah untuk melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik,dan tidur menjadi lebih nyenyak
(Sulistyawati, 2016 :111)
f)       Istirahat/Tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup. Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam ±8 jam dan tidur siang ±1 jam. (Sulistiyawati,2016 :117).
g)      Perawatan Payudara
Payudara merupakan asset yang sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut :
(1)      Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa, karena akan menganggu penyerapan keringat payudara.
(2)      Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
(3)      Hindari membersihkan putting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.
(4)      Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari payudara, berarti produksi ASI sudah dimulai (Sulistyawati, 2016 :118)
h)      Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT). Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TTI dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya. Ibu hamil dengan status TT1 duharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan  (bukan 4 minggu/ 1 bulan).
i)        Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis.
Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah hal fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan.

Tabel. 2.2
Ketidaknyamanan Pada Trimester III Dan Cara Mengatasinya

Ketidak Nyamanan
Cara Meringankan atau Mencegah
Sering buang air kecil
1.      Jelaskan pada pasien mengenai penyebab terjadinya keadaan ini.
2.      Kosongkan kandung kemih saat terasa ada dorongan untuk berkemih.
3.      Perbanyak minum pada siang hari
4.      Jangan kurangi minum pada malam hari untuk menghindari buang air kecil pada malam hari kecuali jika hal tersebut sangat menyebabkan keletiha.
5.      Batasi minum minuman dengan bahan diuretic seperti kopi, the, cola, dan kafein.
6.      Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya infeksi saluran urine.
Haemoroid
1.      Hindari konstipasi.
2.      Makan makanan yang berserat.
3.      Banyak minum air putih.
4.      Gunakan kompres es, kompres hangat, atau rendah hangat.
5.      Dengan perlahan masukan kembali ke dalam rektum jika perlu.
Sakit punggung atas dan bawah
1.      Gunakan body mechanic yang baik untuk mengangkat benda sambil berdiri.
2.      Gunakan BH yang menopang dan ukuran yang tepat.
3.      Berlatihlah dengan cara mengangkat panggul, hindari ketidaknyamanan karena pekerjaan dengan sepatu hak tinggi, mengangkat beban yang berat, dan keletihan.
4.      Gunakan kasur yang tidak terlalu empuk untuk tidur.
5.      Gunakan bantal saat tidur untuk meluruskan punggung.
Varises pada kaki dan atau vulva waktu terjadinya
1.      Tinggalkan kaki sewaktu berbaring atau duduk.
2.      Berbaring dengan posisi kaki ditinggikan 90O beberapa kali sehari
3.      Jaga agar kaki jangan saling bersilangan
4.      Hindari berdiri atau duduk yang terlalu lama
5.      Istirahat dalam posisi miring ke kiri
6.      Lakukan senam
7.      Hindari pakaian yang ketat, korset yang terlalu ketat
8.      Jaga postur tubuh yang baik.
Edema dependen
1.      Hindari posisi berbaring terlentang.
2.      Hindari posisi berbaring untuk waktu yang lama
3.      Istirahat dengan berbaring miring ke kiri, kaki agak ditinggikan
4.      Tinggikan kaki jika bisa.
5.      Jika perlu, seringlah melatih kaki untuk ditekuk ketika berdiri atau duduk
6.      Angkat kaki ketika duduk atau istirahat
7.      Hindari kaos kaki yang ketat atau tali/pita pada kaki
8.      Lakukan senam hamil secara teratur
(Sulistiyawati,2016 :124-142).
f.       Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
Selama kehamilan beberapa tanda bahaya yang dialami dapat dijadikan  ssebagai data dalam deteksi dini komplikasi akibat kehamilan. Jika pasien mengalami tanda-tanda bahaya ini maka sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan tidakan antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan janin.
Beberapa tanda bahaya yang penting untuk disampaikan kepada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut :
1)      Perdarahan pervagina
2)      sakit kepala yang hebat
3)      masalah penglihatan
4)      bengkak pada muka atau tangan
5)      nyeri abdomen yang hebat
6)      bayi kurang bergerak seperti biasa (Sulistyawati, 2016 :143)

2.      Persalinan
a.      Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2014 :164)
b.      Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta terintervensi minimal,sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
(Ai Nurasiah,2014 :7)
Tanda Mulainya Persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan.
1)      Teori Penurunan Progesteron
Kadar hormon  progesterone akan mulai menurun pada kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai
2)      Teori Keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi.ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatikkantong amnion akan    melebarkan saluran serviks.
3)      Teori oksitosin interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormone oksitosin. Adanya perubahan keseimabangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus uang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesterone karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat (Sondakh, 2013:3).
Beberapa tanda-tanda dimulainya persalinan adalah sebagai berikut :
a)        Terjadinya His Persalian
Sifat his persalinan adalah:
(1)   Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
(2)   Sifatnya teratur, anterval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
(3)   Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
b)        Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada srviks yang akan menimbulkan:
(1)      Pendataran dan pembukaan.
(2)      Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
(3)      Terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c)        Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam
d)       Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
1)        Perlunakan serviks.
2)        Pendataran serviks.
3)        Pembukaan serviks (Sondakh,2013:3).

c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1)      Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar,kekuatan tersebut meliputi :
a.       His (Kontraksi uterus )
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Beberapa pembagian his dan sifat-sifatnya
1)      His pendahuluan : His tidak kuat,datangnya tidak teratur,menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody show
2)      His pembukaan (kala I) : menyebabkan pembukaan serviks,semakin kuat,teratur dan sakit
3)      His pengeluaran (kala II) : untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi
4)      His Pelepasan plasenta (kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
5)      His pengeluaran (kala IV) : Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan dalam beberapa jam atau hari
2)      Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terbagi menjadi dua yaitu :
 jalan lahir keras : tulang panggul
dan jalan lahir lunak : otot-otot dan ligament-ligament
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan dalam jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina.
3)      Passenger (janin dan plasenta)
a.       Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni kepala janin, persentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
b.      Plasenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang di buahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan intrauteri. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
4)      Respons Psikologi (Psikology Respons)
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang di damping oleh suami dan orang yang di cintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancer disbanding dengan ibu bersalin tanpa pembanding. Ini menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan.

5)      Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (Ai Nurasiah, 2014 :28-49).
d.      Tahapan Persalinan
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan) (Sondakh, 2013: 5).
1)      Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a)      Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Serviks membuka sampai 3 cm.
b)      Fase aktif: berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:
(1)   Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
(2)   Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3)   Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengap.
Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam (Sondakh,2013 :5).
2)      Kala II ( kala pengeluaran janin)
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.Berikut ini tanda kemungkinan persalinan sudah berada pada kala II :
a.       Ibu merasakan desakan untuk mendorong yang tidak bisa lagi ditahan-tahan. Dia mulai mengatur nafas dengan lebih banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi
b.      Kontraksi sudah tidak begitu sering dirasakan, namun setiap kontraksi yang tersisa sangat kuat dan semakin kuat
c.       Suasana hati ibu mulai berubah
d.      Ada garis abu-abu tampak di kulit di antara dua belahan pantatnya seolah-olah tersebar dari tekanan kepala bayi yang mau keluar (Ai Nurasiah, 2014 :106)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
a)      His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b)      Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c)      Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
d)     Kedua kekuatan his dan mendorong  kepala bayi sehingga terjadi:
(1)   Kepala membuka pintu
(2)   Suboociput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun bersar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
e)      Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f)       Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara :
(1)   Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan ke belakang untuk melahirkan bahu belakang.
(2)   Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
(3)   Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
(4)   Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam (Sondakh, 2013:5-6).
3)      Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini.
a)    Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b)    Tali pusat bertambah panjang.
c)    Terjadi semburan darah tiba-tiba (Sondakh, 2014 :136).
4)      Kala IV (Kala Pengawsan/Observasi/pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc.

Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Hal yang harus diingat adalah jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:
a)      Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan uteronika, seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin.
b)      Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.
c)      Kandung kemih: harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
d)     Luka-luka: jahitannya baik ata tidak, ada perdarahan atau tidak.
e)      Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f)       Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.
g)      Bayi dalam keadaan baik (Sondakh,2013:7-8).
e.       Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
Asuhan yang sifatnya memberikan dukungan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip Asuhan Sayang Ibu.
Tindakan pendukung dan penenang selama persalinan sangatlah penting dalam kebidanan karena akan memberikan efek yang positif baik secara emosional ataupun fisiologi terhadap ibu dan janin.
Lima kebutuhaan wanita bersalin adalah sebagai berikut :
1)      Asuhan tubuh dan fisik.
2)      Kehadiran seorang pendamping.
3)      Pengurangan rasa nyeri.
4)      Penerimaan terhadap sikap perilakunya.
5)      Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman (Rohani dkk, 2013 :40).

f.       Asuhan Persalinan
1)      Asuhan Persalinan Kala I
a)      Memantau perubahan tubuh pasien  untuk menentukan apakah persalinan dalam proses normal.
b)      Memeriksa respons psikologis dan respons fisik pasien terhadap persalinan.
c)      Memeriksa bagaimana respons bayi terhadap persalinan dan kelahiran.
d)     Membantu pasien untuk memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia dapat berperan serta dalam menentukan asuhan.
e)      Membantu keluarga dalam merawat  pasien selama persalinan, kelahiran, dan asuhan persalinan dini.
f)       Menggali masalah secepatnya dan mengambil tindakan yang sepatutntya dengan tepat waktu

2)      Asuhan Persalinan Kala II
a)      Pemantauan Ibu
Tanda-tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut:
(1)   Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan trejadinya kontraksi.
(2)   Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina.
(3)   Perineum terlihat menonjol.
(4)   Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
(5)   Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu adalah sebagai berikut :
(1)   Tanda-tanda vital: tekanan darah (setiap 30 menit), suhu, nadi (setiap 30 menit), pernapasan.
(2)   Kandung kemih
(3)   Urin: protein dan keton.
(4)   Hidrasi: cairan, mual, muntah.
(5)   Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku, dan respons terhadap persalinan, serta nyeri.
(6)   Upaya ibu meneran.
(7)   Kontraksi setiap 30 menit (Sondakh, 2013: 133).
b)      Kemajuan Persalinan
Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan persalinan cukup baik. Menurut Friedmann, durasi waktu untuk kala II rata-rata adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara, dianggap sudah abnormal (Sondakh,2013: 133).
c)      Pemantauan Janin
Beberapa hal dari janin yang harus selalu diperhatikan adalah:
1)      Denyut jantung janin
(a)     Denyut normal 120-16- kali/menit.
(b)   Perubahan DJJ, pantau setiap 15 menit.
(c)    Variasi DJJ dari DJJ dasar.
(d)   Pemerikasaan auskultasi DJJ Setiap 30 menit.
(e)    Adanya air ketuban dan karakteristiknya (jernih, keruh, kehijauan/tercampur mekonium).
(f)    Penyusupan kepala janin.
d)     Asuhan Dukungan.
Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1)      Pemberian rasa aman, dukungan, dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin.
2)      Membantu pernapasan.
3)      Membantu teknik meneran.
4)      Ikut srtakan dan hormati leuarga yang menemani.
5)      Berikan tindakan yang menyenangkan.
6)      Penuhi kebutuhan hidrasi.
7)      Penerapan pencegahan infeksi (PI).
8)      Pastikan kandung kemih kosong.(Sondakh, 2013 :134).

3)      Asuhan Persalinan Kala III
a)      Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif kala III sangat penting dilakukan pada setiap asuhan persalinan normal dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu.
b)     Komponen Manajemen Aktif Kala III
(1)   Pemberian oksitosin IM 10 IU segera stelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
(2)   Tali pusat diklem dan melakukan penegangan tali pusat terkendali
(3)   Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus uterus secara dorsokranial (arah ke atas dank e belakang).
(4)   Begitu plasenta dilahirkan, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong ke luar setiap gumpalan darah yang ada dalam uterus. (Ai Nurasiah, 2014 :158-162).


c)      Kebutuhan Ibu Kala III
Kala III merupakan kala setelah keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakuakan pada ibu antara lain:
(1)   Memberikan kesempatan kepada ibu untuk segera memeluk bayinya dan menyusuinya.
(2)   Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
(3)   Pencegahan infeksi pada kala III.
(4)   Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
(5)   Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
(6)   Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
(7)   Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III (Sondakh,, 2013: 141).

4)      Asuhan Persalinan Kala IV
a)      Asuhan dan Pemantauan Kala IV
1)      Evaluasi uterus
Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi  dengan baik, maka akan terjadinya komplikasi pada ibu yaitu atonia uteri maka di perlukan rangsangan taktil yaitu melakukan masase pada bagian uterus ibu
g.      60 Langkah Asuhan Persainan Normal
Melihat tanda dan gejala kala II
1.        Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II.
                                                    a)        Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
                                                    b)        Ibu merasaka tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vaginanya.
                                                    c)        Perineum menonjol
                                                   d)        Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

Menyiapkan pertolongan persalinan
2.        Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 iu dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3.        Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.
4.        Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5.        Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6.        Memasukkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan DTT atau steril dan meletakkan kembali dipartus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin yang baik
7.        Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi dengan air DTT. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi dengan kotoran ibu, memb ersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, langkah )
8.        Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
9.        Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)
10.    Memeriksa denyut jantung bayi (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 x/menit)
a)        Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b)        Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.


Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
11.    Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan  janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya
a)        Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuyk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan tkenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan
b)         Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12.    Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13.    Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
a)   Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b)   Mendukung dan member semangat atas usaha iu untuk meneran
c)   Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidaki meminta ibu untuk berbaring terlentang)
d)  Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
e)   Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member semangat pada ibu
f)    Menganjurkan asupan cairan oper oral
g)   Menilai DJJ setiap lima menit
h)   Jika bayi belum lahir atau keloahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera bila ibu tidak memiliki keinginan untuk mneran.
i)     Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j)     Jika bayi belum lahir atau nkelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit setelah meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14.    Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,  letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
15.    Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu
16.    Membuka partus set
17.    Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
18.    Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,lindungi operineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir
19.    Dengan lembut menyeka muka, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan)
20.    Memeriksa lilitan tali pisat dan melakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a)      Jika talipusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat atas bagian kepala bayi
b)      Jika talipusat melilit leher bayi dengan erat,mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya
21.    Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

 Lahirlah bahu
22.    Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masingt-masing sisi mujka bayi. Menganjurkan ibu untukmeneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior
23.    Setelah kedua bahu dilahirkan,menelusurkan tagan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalkikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat bayi keduanya lahir.
24.    Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di bagian atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan bayi baru lahir
25.    Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik),kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rtendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi yang mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26.    Segera membungkus badan dan kepala bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/IM.
27.    Menjepit talipusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusar bayi. Melakukan urutan dari taliu pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
28.    Memegang talipusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
29.    Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih atau kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30.    Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
31.    Meletakkan kain bersih dan kain kering. Mel;akukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32.    Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33.    Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM.

Peregangan tali pusat terkendali
34.    Memindahkan klem pada tali pusat.
35.    Meletakkan satu tangan diatas kain yang berada diatas perut ibu, tepat ditatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang talipusat dan klem dengan tangan yang lain.
36.    Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah dengan uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso cranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a)      Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

Mengeluarkan plasenta
37.    Setelah plasenta terlepas,meminta ibu meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan pada uterus.
a)      Jika talin pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga 5-10 cm dari vulva.
b)      Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
(1)   Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
(2)   Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu
(3)   Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(4)   Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
(5)   Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38.    Jika plasenta terlihat didepan incroitus vagina, melamjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan hati-hati dengan memutar plasenta hingga selaput ketuban tersebut.
a)      Jika selaput ketuban robek, memakai sarug tangan isinfeksi tigkat tiggi atau steril an memeriksa vagina  serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang masih tertinggal.

Pemijatan uterus
39.    Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai perdarahan
40.    Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus
a)      Jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik mengambil tindakan yang sesuai
41.    Mengealuasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang menjadi perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pasca persalinan
42.    Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik
43.    Mecelup keua tanga yag masih bersarung tangan tersebut, degan air 0,5% membilas kedua tangan yang masih memakai sarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering
44.    Menempatkan klem tali pusat desinfektan tingkat tinggi atau steril mengikat tali desinfektan tingkat tinngi dengan simpul mati yang pertama
45.    Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati pertama
46.    Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%
47.    Menyelimuti kembali bayi dan menetupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering
48.    Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
49.    Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
a)      2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b)      Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c)      Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d)     Jika uterus tidk berkontraksi dengan baik,laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri
e)      Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik yang sesuai
50.    Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus
51.    Mengevaluasi kehilangan darah
52.    Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
a)      Memeriksa temperature tubuh ibu setiap sekali jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
b)      Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan
53.    Menempatkan semua peralatan kedalam larutan klorein 0,5%untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
54.    Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai
55.    Membersihkan ibu dengan menggunakan dengan air desoinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah. Membantu ibu memakai paaian yang bersih dan kering
56.    Memastian bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberia asi mengajurkan keluarga untu memberikan minuman a maana yang di inginkan
57.    Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
58.    Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%. Membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59.    Mencuci kedua tangan dengan air sabun dan mengalir Dekontaminasi
60.    Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). (Prawirohardjo, 2014 : 341-347).

Atonia Uteri
a.     Pengertian atonia uteri
Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Maternity, 2016:172)
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, melembek, dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. (Faisal, 2008 dalam buku Nurhayati, 2019 :64)

b.    Etiologi atonia uteri
Penyebab dari atonia uteri antara lain: overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi: umur terlalu tua atau terlalu muda, multipara dengan jarak kehamilan pendek, dan malnutrisi. (Rukiyah, 2017:287).
c.    Tanda dan Gejala atonia uteri
1)   Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi karena tromboplasntin sudah tidak lagi sebagai anti pembeku darah.
2)   Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/ khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainya.
3)   Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal
4)   Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lainya.
(Sukarni dan Margareth, 2013:244).
d.   Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. (Maternity, 2016:127).
e.    Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi, manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin, pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri, pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir, aktif protokol yaitu pemberian oksitosin 10 Unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit perliter IV drip 100-150 cc/jam. (Rukiyah dan Yulianti, 2017: 289).
f.     Penatalaksanaan
1.   Kompresi Bimanual Internal (KBI) (boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman)
a)    Pakai sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari ) melalui introitus dan kedalam vagina kemudian periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.
b)   Setelah seluruh tanggan masuk, kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uteruss ke arah depan sehingga uterus di tekan dari arah depan ke arah belakang.
c)    Tekan kuat uterus di antara kedua tangan, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi.
d)   Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior uterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
e)    Tekan kuat uterus di antara kedua tangan, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi.
Alasan dilakukan KBI :atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI.
Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
a)    Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg perrektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu denga hypertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
b)   Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16-18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Oksitosin secara IV cepat merangsang konraksi uterus. Ringer laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan.
c)    Pakai sarung tangan steril atau didesinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan: KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
d)   Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera rujuk karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tidakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
e)    Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
f)    Infus 500 ml/jam pertama habiskan dalam waktu 10 menit dan berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
g)   Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan sedang dan di tambah dengan pemberian cairan secara peroral untuk dehidrasi.

2.   Kompresi Bimanual Eksternal (KBE) boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman).
a)    Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan corpus uteri dan diatas simpisis pubis.
b)   Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang corpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus seluas mungkin.
c)    Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat membantu uterus untuk berkontraksi. (Rukiyah, 2017:293-295).



4.      MASA NIFAS
1.       Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Ambarwati, 2010 dalam buku Walyani dan Purwoastuti, 2017:1)
2.       Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut.
a.    Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b.    Puerperium Intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
c.    Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. (Walyani dan Purwoastuti, 2017 :2-3)
3.       Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut :
a.        6-8 jam setelah persalinan
1)   Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2)   Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3)   Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah masa nifas karena atonia uteri.
4)   Pemberian ASI awal
5)   Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6)   Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.        6 hari setelah persalinan
1)   Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)   Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.
3)   Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4)   Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)   Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c.        2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
d.       6 minggu setelah persalinan
1)   Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2)   Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Vivian, 2013 :5)
1.      Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a.    Perubahan sistem reproduksi
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus
Tabel 2.3
Lama TFU Involusi Uerus
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus (gr)
Diameter Bekas Melekat Plasenta (cm)
Keadaan Servik
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000


Uri lahir
2 jari dibawah pusat
750
12,5
Lembek
Satu minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500
7,5
Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari
Dua minggu
Tidak teraba di atas simfisis 
350
3-4
Enam minggu
Bertambah kecil
50-60
1-2
Delapan minggu
Sebesar normal
30


b.  Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, OUE dapat dilalui oleh 2 jari pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
a.    Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lokia terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bekteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involui. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut :
1)   Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 1-2 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah segar bercampur  sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa vernik kaseosa, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
2)   Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan ,serta berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum. Terdiri dari darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3)   Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.
4)   Lokhea alba/putih
Lockhea ini keluar pada hari 14 sampai selesai nifas, hanya merupakan merupakan cairan putih. lochea yang berbau dan terinfeksi disebut lochea purulenta
(Walyani dan Purwoastuti, 2019 :2-3)
b.    Perubahan Tanda-Tanda Vital
1)   Tekanan Darah
Suhu tubuh normal yaitu <140-190 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pada persalinan pada 1-3 hari post partum. setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekanan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beebrapa hari, bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas, namun hal seperti itu jarang terjadi.
2)   Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38ºC. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan di sebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38ºC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3)   Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60×/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi terutama pada minggu pertama post partum. Pada ibu nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110×/menit. Bida juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4)   Pernafasan
Pernapasan normal yaitu 20-30×/ menit. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum (>30×/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
(Walyani dan Purwoastuti, 2017:83).

2.      Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.    Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh unutk keperluan metabolisme, kebituhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita Dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.  (Walyani dan Purwoastuti, 2017:99-100).
b.    Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup unuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari post partum. kegunaan cairan bagi tubuh menyangkut beberapa fungsi berikut:
1.      Fungsi perkemihan
2.      Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
3.      Sistem urinarius
c.    Kebutuhan Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Mobilisasi dini (early mobilization) bermanfaat untuk:
1.      Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium
2.      Ibu merasa lebih sehat dan kuat
3.      Mempercepat involusi alat kandungan
4.      Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik
5.      Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
6.      Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
7.      Mencehat trombosis pada pembuluh tungkai
  (Walyani dan Purwoastuti, 2017:108-109).

c.  Eliminasi
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan apapun, kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa dilakukann klisma untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.
(Walyani dan Purwoastuti, 2017:109-110).

d.  Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :
1)   Mandi teratur minimal 2 kali sehari
2)   Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
3)   Menjaga lingkungan sekitar tempat tidur
4)   Melakukan perawatan perineum
5)   Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6)   Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

c.    Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti.
Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1.          Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2.         Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3.         Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Sulistyawati, 2016 :103).

D. KELUARGA BERENCANA
1.    Pengertian KB
Keluarga berencana adalah menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan. (Prawirohardjo, 2014:23)
Keluarga berencana (Family planning/ planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. (Sulistyawati, 2014 :13).
            Tujuan Program KB
Tujuan program KB secara filosofis adalah :
a.    Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b.    Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2.    Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RJMN 2004-2009 sebagai berikut:
a.    Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun.
b.    Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran.
c.    Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
d.   Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
e.    Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelengaraan pelayanan program KB nasional.
( Sulistyawati, 2014 :14)
3.    Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup Program KB meliputi :
a.    Keluarga berencana
b.    Kesehatan reproduksi remaja
c.    Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d.   Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e.    Keserasian kebijakan kependudukan
( Sulistyawati, 2014 :14-15)
4.    Macam-macam Kb:
1. Metode Sederhana Dengan Alat
a.    Kondom
(sulistyawati, 2014:55-60)
2. Metode Kontrasepsi Tanpa Alat
a. Intra Uterine Devices (IUD/AKDR)
1.    Daya guna
Daya guna teoritis dan daya guna pemakaian hampir sma (1-5 kehamilan per 100 wanita per tahun), kegagalan lebih rendah pada AKDR yang mengeluarkan tembaga atau hormon. Namun, angka ketidak langsungan pemakaian tinggi, yaitu 20-40% tidak meneruskan pemakaian AKDR dalam tahun pertama. Rata-rata AKDR tetap akan dipakai selama 24 bulan.
2.      Efek samping
a)    Nyeri pada saat pemasangan.
b)   Kejang rahim terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan spasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih kecil,tetapi hal ini wajar karena penyesuaian rahim terhadap alat
c)    Nyeri pelviks, pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini
3.      Kontraindikasi
a)    Kehamilan
b)   Penyakit radang panggul
c)    Tumor ovarium
d)   Kelainan uterus (miom, polip, dsb)
e)    Gonorea
f)    Kelainan haid
g)   Panjang kavum uteri kurang dari 6,5 cm.
(sulistyawati, 2014:86-107)
3. Kontrasepsi Metode Operasi
a.       Tubektomi (Metode Operasi Wanita-MOW)
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanitayang mengakibatkan wanita itu tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya digunakan untuk jangka panjang, operasi dilakukan dengan anastesi, dan isisi kecil dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit,
(sulistyawati, 2014:113)
b.      Vasektomi (Metode Operasi Pada Pria-MOP)
Vasektomi dilakukan tindakan pada pria dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor.
(sulistyawati, 2014:120)

5.        Standar Pelayanan Kebidanan
1.    KunjunganAnte-natal Care (ANC) minimal ;
a.    Satu kali pada trimester I ( usia kehamilan 0-13 minggu)
b.    Satu kali pada trimester II ( usia kehamilan 14-27 minggu )
c.    Dua kali pada trimester III ( usia kehamilan 28-40 minggu )
2.    Standar Asuhan Kehamilan
a.    Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
b.    Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Sedikitnya 4 kali pelayanan kehamilan pemeriksaan meliputi : Anamnesis dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan resiko tinggi nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.
c.    Standar 5 : Palpasi abdominal
d.   Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
e.    Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
f.     Standar 8 : Persiapan persalinan.
(Sulistyawati, 2016 :4).
3.    Standar Minimal Asuhan Antenatal :”10 T”
a.    Menimbang berat badan
b.    Mengukur lingkar lengan atas (LILA)
c.    Mengukur tekanan darah
d.   Mengukur tinggi fundus uteri (TFU)
e.    Menghitung denyut jantung janin
f.     Menentukan presentasi janin
g.    Memberikan imunisasi tetanus toksoid
h.    Memberikan tablet tambah darah (Tablet besi (FE))
i.      Tes Hb
j.      Tatalaksana/penanganan kasus
(Astuti, 2017:124-126).

Sebagai profesional bidan dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan.(Marmi, 2014 :18).


5.    STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
1.         Pengertian Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang  dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian
a.          Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b.         Kriteria Pengkajian
1)   Data tepat, akurat, dan lengkap.
2)   Terdiri dari Data Subjektif hasil anamnesa ; biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya.
3)   Data Objektif ( hasil pemeriksaan fisik, psikologi dan pemeriksaan penunjang).

STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan/ atau Masalah Kebidanan
a.    Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b.    Kriteria Perumusan diagnosa dan/atau Masalah
1)   Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
2)   Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3)   Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

STANDAR III : Perencanaan
a.          Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, dan masalah yang ditegakkan.
b.         Kriteria Perencanaan
1)   Rencana tindakan asuhan berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif.
2)   Melibatkan klie/dan/ atau keluarga.
3)   Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4)   Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5)   Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV : Implementasi
a.    Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b.    Kriteria
1)   Memperlihatkan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultura.
2)   Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan klien dan/atau keluarganya (inform consent).
3)   Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4)   Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5)   Menjaga privasi klien/pasien.
6)   Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
7)   Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8)   Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada.
9)   Melakukan tindakan sesuai standar.
10)    Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
STANDAR V : Evaluasi
a.                    Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b.                   Kriteria Evaluasi
1)   Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien.
2)   Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/keluarga.
3)   Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4)   Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
a.         Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b.         Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1)   Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam medis/ KMSI status pasien/ buku KIA).
2)   Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
3)   S adalah data subjektif, mencatat hasul anamnesa.
4)   O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
5)   A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
6)   P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.
(Susanti, 2015 :168-172).
I.  Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 1997).
Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. (Sulistyawati, 2016 :179)
1.         Kehamilan
                    I.          Pengkajian
a.    Data Subjektif
1)        Biodata
a)    Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab. (Sulistyawati, 2016: 222)
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam kehamilan beresiko karena usia atau tidak. (Sulistyawati, 2016: 222)
b)   Agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik terkait agama yang harus diobservasi. Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran. (Marmi, 2014 :155)
c)    Suku
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan kehamilan. (Sulistyawati, 2016 :221)
d)   Pendidikan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan juga informasi ini membantu klinis memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulisnya. (Marmi, 2014 :155)
e)    Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelainan premature dan pajanan bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak janin. (Marmi, 2014 ;155)
f)    Alamat
Dapatkan informasi tentang tempat tinggal klien, seberapa kali ia pindah, seperti apa rumahnya, jumlah individu, keadaan lingkungan. (Marmi, 2014 :155).

2)        Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. (Sulistyawati, 2016 : 181)
3)        Kunjungan Kehamilan
Semua kunjungan antenatal memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghindari komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Kunjungan antenatal pada kehamilan trimester ketiga dilakukan minimal dua kali, yaitu usia kehamilan 30-32 minggu dan satu kali lagi antara usia kehamilan 36-38 minggu. Namun demikian, sejumlah literatur menyebutkan bahwa frekuensi kunjungan antenatal dapat dianjurkan setiap bulan pada usia kehamilan 12-28 minggu, setiap 2 minggu pada usia kehamilan 28-36 minggu, dan setiap minggu sampai bayi lahir. (Astuti, 2017 :133)
4)        Riwayat Kebidanan
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita Indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun. (Sulistyawati, 2016 :181)
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari. (Sulistyawati, 2016 :181).

c) Menentukan Usia Kehamilan dan Hari Perkiraan Persalinan
Cara menentukan usia kehamilan, ada dua cara yang dapat dilakukan guna menentukan usia kehamilan, yaitu sebagai berikut :
(1)     Menggunakan suatu alat khusus (skala yang sudah disesuaikan)
(2)     Menggunakan cara manual (menghitung). (Sulistyawati, 2016 :52).
d) Gangguan Kesehatan Alat Reproduksi
Data ini sangat penting untuk dikaji karena akan memberikan petunjuk bagi kita tentang organ reproduksi pasien. Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang berkaitan erat dengan personal higiene pasien, atau kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan reproduksinya. Beberapa data yang perlu dikaji dari pasien adalah apakah pasien pernah mengalami gangguan seperti keputihan, infeksi, gatal karena jamur, dan tumor. (Sulistyawati, 2016 :182)
5)        Riwayat Kesehatan
Data dari riwayat kesehatan dapat kita gunakan sebagai “penanda” (warning) akan adanya masa hamil. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes melitus (DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis. (Sulistyawati, 2016 :182-183)
6)        Pola Makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil, beberapa hal yang perlu untuk ditanyakan adalah :
a) Menu
Kita dapat menanyakan pada pasien tentang apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan, dan lain-lain).
b) Frekuensi
Data ini memberi petunjuk bagi kita tentang seberapa banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu.
c) Jumlah perhari
Data ini memberikan volume atau seberapa banyak makanan yang ibu makan dalam waktu satu kali makan.
d) Pantangan
Ini juga penting untuk kita kaji karena ada kemungkinan pasien berpantang makanan justru pada makanan yang sangat mendukung pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan, atau telur. (Sulistyawati, 2016 : 183-184).


7)        Pola Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena itu, bidan yang perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat.
Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ia tidur di malam hari dan siang hari.
a) Istirahat malam hari
Rata-rata lama tidur malam yang normal adalah 6-8 jam.
b) Istirahat siang hari
Tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur siang. Oleh karena itu, hal ini dapat kita sampaikan kepada ibu bahwa tidur siang sangat penting untuk menjaga kesehatan selama hamil.
(Sulistyawati, 2016 : 184)
8)        Aktivitas sehari-hari
Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ia sehat dan pulih kembali. Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan abortus dan persalinan premature. (Sulistyawati, 2016 : 184)
Informasi tentang pola hidup sehat klien akan bermanfaat untuk mengidentifikasi bidang pendidikan kesehatan yang butuhkan, baik saat ini maupun pada masa pascapartum. (Marmi, 2014 : 156)
9)                  Personal Higiene
Data ini perlu dikaji bagaimanapun, kebersihan akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Jika pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat memberi bimbingan cara perawatan kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan kebersihan diri diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Mandi
Kita dapat menanyakan kepada pasien beberapa kali ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya (jam berapa mandi pagi dan sore).
b) Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli dengan kebersihan rambutnya karena mereka beranggapan keramas tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan. Jika kita menemukan pasien yang seperti ini, maka kita harus memberikan pengertian kepadanya bahwa keramas harus selalu dilakukan ketika rambut kotor, karena bagian kepala yang kotor merupakan tempat yang mudah menjadi sumber infeksi.

c) Ganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali dalam sehari, sedangkan celana dalam minimal dua kali. Namun jika sewaktu-waktu baju dan celana dalam sudah kotor, sebaiknya segera diganti tanpa harus menunggu waktu untuk ganti berikutnya.
d) Kebersihan kuku
Kuku ibu hamil harus ada selalu dalam keadaan pendek dan bersih. Kuku selain merupakan tempat yang mudah untuk bersarangnya kuman sumber infeksi, juga dapat menyebabkan trauma pada kulit bayi jika terlalu panjang.
(Sulistyawati, 2016 :185)
10)           Respon Ayah Terhadap Kehamilan Ini
Untuk mengetahui bagaimana respon ayah terhadap kehamilan ini kita dapat menanyakan langsung kepada suami pasien atau dapat juga kepada pasien sendiri. Data mengenai respon ayah ini sangat penting karena dapat kita jadikan sebagai salah satu acuan mengenai bagaimana pola kita dalam memberikan asuhan kepada pasien dan bayinya. Jika suami pasien memberikan respon yang positif terhadap isteri dan anaknya , maka akan memberikan kemudahan bagi kita untuk melibatkannya dalam memberikan perawatan. (Sulistyawati, 2016 :187)
b.    Data Objektif
1)        Keadaan Umum
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosa, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut :
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria sebagai berikut :
(1)     Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(2)     Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien tidak mampu berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2016 :188-189)
2)        Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2016 :189)
3)        Pemeriksaan Umum
a) Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan pre-eklampsia (hipertensi disertai edema pada wajah dan/atau tungkai bawah, dan/atau proteinuria). (Astuti, 2017: 124)
b) Pernafasan
Untuk dapat memenuhi oksigen ibu dan menyediakan kebutuhan oksigen janin, maka sistem respirasi mengadakan perubahan serta adaptasi. (Astuti, 2017 :85)
c) Suhu
Karena adanya peningkatan metabolisme maka suhu tubuh akan meningkat tidak lebih dari 0,5-10C. (Sulistyawati, 2016 :67)
d) Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama masa hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut per menit. (Marmi, 2014 :206)
4)        Berat Badan
a) Indeks Masa Tubuh
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 1,57 meter. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2 = 20,7.
Nilai IMT mempunyai rentang sebagai berikut.
19,8-26,6 : normal
<19,8 : underweight
26,6-29,0 : overweight
>29,0 : obese
(Sulistyawati, 2016 :68)
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan yaitu 4 kg pada kehamilan trimester I, 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III, totalnya sekitar 15-16 kg. (Sulistyawati, 2016 :69)
5)        Tinggi Badan
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik, karenatinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal. (Marmi, 2016: 163)
6)        LILA
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk mendeteksi ibu hamil yang beresiko KEK. Kurang energi kronis yang dimaksud yaitu ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) yaitu LILA <23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah. (Astuti, 2017 :124).
7)        Menentukan HPL
Untuk menentukan HPL biasanya rumus Neagle, yaitu sebagi berikut : HPL = HPHT + 7 hari – 3 bulan. (Sulistyawati, 2016 : 53).
8)        Pemeriksaan Fisik
(a)      Muka
Adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah, adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan lidah dan gigi. (Marmi, 2014 :166)
(b)     Mata
Konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan, gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat). (Sulistyawati, 2016 :189)
(c)      Hidung
Kebersihan, polip dan alergi debu. (Sulistyawati, 2016 : 189)
(d)     Mulut
Kebersihan, karies, gangguan pada mulut (bau mulut). (Sulistyawati, 2016 :190)
(e)      Telinga
Kebersihan dan gangguan pendengaran. (Sulistyawati, 2016 :189)
(f)      Leher
Adakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak. (Marmi, 2016 :166)
(g)     Payudara
Bentuk buah dada, pigmentasi puting susu, dan gelanggang susu, keadaan puting susu, adakah colostrum. (Marmi, 2014: 166).
(h)     Abdomen
Pemeriksaan abdomen di pertengahan awal kehamilan harus dilakukan secara menyeluruh jika kondisi uterus yang membesar memungkinkan. Evaluasi adanya nyeri tekan, massa, hernia, pembesaran hati, dan kelenjar getah bening. Seiring kemajuan kehamilan, semakin sulit meraba orang lain selain uterus. Perhatian khusus pada abdomen wanita hamil meliputi denyut jantung, tinggi fundus dan presentasi janin. (Marmi, 2014 :166)
(i)       Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian refleks tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa, dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki, bentuk, serta letak jari tangan dan jari kaki. Kelainan menunjukkan kelainan genetik. (Marmi, 2014 :170)
9)        Pemeriksaan penunjang
(a)      Pemeriksaan Panggul
Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Maka untuk meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa, pengukuran panggul diperlukan. (Marmi, 2014 : 171)
(b)     Pemeriksaan Haemoglobin
Haemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCl, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi dengan warna standar memakai mata biasa. (Marmi, 2014 :181)
(c)      Pemeriksaan Urine
Terjadi endapan protein jika direaksikan dengan asam. (Marmi, 2014 :185)

               II.          Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. (Sulistyawati, 2016 :191)



          III.          Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegaha, sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. (Sulistyawati, 2016 :195)

         IV.          Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan paisen, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Disini bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman. (Sulistyawati, 2016 :196)

              V.          Merencanakan Asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh paisen. (Sulistyawati, 2016:. 196)

         VI.          Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. (Sulistyawati, 2016 : 199)

    VII.          Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien. (Sulistyawati, 2016 :200)

2.         Persalinan
a.  Pertolongan Persalinan Pada tanggal 03 Februari 2019
1)   Pengkajian
a)    Keluhan Utama
(1)     Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi bracton hick yang kadang dirasakan keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit dipinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat kontraksi atau his permulaan.
His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut.
(a)  Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
(b)  Datang tidak teratur.
(c)  Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan.
(d) Durasi pendek
(e) Tidak bertambah bila beraktivitas
(Sulistyawati, 2016 : 6)
(2)     Pola Nutrisi
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien akan sangat membutuhkan cairan, bukan makanan. Disamping pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan lebih banyak.
(Sulistyawati, 2016 :223)

b)  Data Objektif
(1) Tekanan Darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg. (Sulistyawati, 2016 :66)
(2) Nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan. (Sulistyawati, 2016 : 67)
(3) Suhu
Karena adanya peningkatan metabolisme maka suhu tubuh akan meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan akan terjadi peningkatan tidak lebih dari 0,5-10C. (Sulistyawati, 2016 :67)
(4) Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama persalinan tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik pernapasan. (Sulistyawati, 2016 :68)

c)  Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin, menentukan presentasi,dan menentukan penurunan bagian terbawah janin.  (Sondakh, 2013 :107)

d)  Memantau Kontraksi Uterus
Tanda masuk dalam persalinan, terjadinya his persalinan karakter dari his persalinan adalah pinggang terasa sakit menjalar kedepan, sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin besar, terjadinya perubahan pada serviks, jika pasien menambah aktvitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan), dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. (Sulistyawati, 2016 :7)


e)  Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan setiap 30 menit. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya selama 30 detik setelah kontraksi berakhir. Sebaiknya penilaian DJJ dilakukan pada lebih dari satu kontraksi.
Apabila terjadi gangguan kondisi kesehatan janin, umumnya dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 160 permenit. (Sondakh, 2013 :108)
f)  Pemeriksaan Dalam
Pembukaan serviks diperiksa setiap 4 jam. (Rohani, 2013 :101)

g)  Kala I
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
1)      Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.
2)      Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dbagi dalam 3 fase
3)      Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
4)      Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
5)      Fasedeselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung 12 jam, sedangkan pada multigravida  8 jam. (Sondakh, 2013 :5)
h)  Kala II
Lamanya kala II pada primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam. (Sondakh, 2016 : 6)
Beberapa kriteria pasien sudah dalam persalinan kala II yaitu merasa ingin meneran dan biasanya sudah tidak bisa menahannya, perineum menonjol, merasa seperti ingin buang air besar, lubang vagina dan sfingter ani membuka, jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (jika ketuban sudah pecah). (Sulistyawati, 2013 :115)
i)  Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Sondakh, 2013: 6)
j)  Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. (Sondakh, 2013 :7)

3.         Nifas
a. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya, ibu postpartum normal ingin memeriksakan kesehatannya setelah persalinan. (Sulistyawati, 2016: 111)
Kebijakan Program Masa Nifas, pada pengkajian ini paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan, hal ini untuk menilai status ibu dan bayi serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Ambarwati, 2010 dalam buku Walyani dan Purwoastuti, 2017:1)

Kepercayaan Yang Berhubungan Dengan Nifas
Untuk mendapatkan data ini bidan perlu melakukan pendekatan terhadap keluarga pasien, terutama orang tua. Hal penting yang biasanya mereka anut kaitannya dengan masa nifas adalah menu makanan ibu nifas. (Sulistyawati, 2016 :121)
d.   Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria :
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
1)   Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, jika pasien tidak mampu berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2016 :122)
e.    Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadarn pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2016 :122)
f.     Tanda Tanda Vital
1) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

2)   Suhu
Dalam satu hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.
3)   Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80x/menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi.
4)   Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya. (Sulistyawati, 2016 : 80-81)
g.    Pemeriksaan Fisik
1) Payudara
Pada pemeriksaan payudara yang perlu diperiksa adalah bentuk, gangguan, ASI, keadaan puting, dan kebersihan. (Sulistyawati, 2016 :124)
2) Abdomen
Pada bagian abdomen, yang dilakukan pemeriksaan adalah bentuk, striae, linea, kontraksi uterus, dan TFU. (Sulistyawati, 2014 : 124)
3) Genetalia
Pada pemeriksaan alat genetalia, pemeriksaan yang dilakukan adalah kebersihan, pegeluaran pervaginam, kedaan luka jahitan, tanda-tanda infeksi.
(a)  Pengeluaran Pervaginam
Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 1-2 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah segar bercampur  sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa vernik kaseosa, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan ,serta berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum. Terdiri dari darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

3)Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.
Lokhea alba/putih
Lockhea ini keluar pada hari 14 sampai selesai nifas, hanya
merupakan merupakan cairan putih. lochea yang berbau dan terinfeksi disebut lochea purulenta
(Walyani dan Purwoastuti, 2019 :2-3)


4.         KB
a. Waktu Pemasangan
Sebelum 6 minggu pascapersalinan, klien menyusui dapat menggunakan kontrasepsi progestin, bila kontrasepsi lain tidak tersedia atau ditolak. (KKb,2013 :U 53)
b. Penyakit Gynekologi
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat memberi keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa oleh dokter lain, tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan pendapat dokter. (Marmi, 2014 : 159)
c.  Riwayat KB
Selain kontrasepsi yang pernah digunakan, perlu pula ditanyakan tentang rencana kontrasepsi yang akan datang. (Astuti, 2017: 121)
d.  Tanda Tanda Vital
Untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. (Astuti, 2017 :135)

6.    Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X1/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Dengan Rahmat TuhanYang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (Susanti, 2015 :175).

Atonia Uteri
Multiparitas
Partus Lama
Regangan Uterus
Solusio Plasenta
Kadar Hb
Jenis dan uji silang darah nilai fungsi pembekuan
Masase uterus dan kompresi bimanual oksitosin 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml  NS/RL 40 tetes-guyur infuse untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial
Perdarahan uterus berlangsung
Uterus tidak berkontraksi
Kompresi bimanual kompresi aorta abdominalis tekanan segmen bawah atau aorta abdominalis
Berhasil
Identifikasi sumber perdarahan lain :  laserasi jalan lahir, hematoma parametrial. Ruptura uteri, inversion uteri, sisa fragmen plasenta
Tidak Berhasil
Tampon uterus rujuk
Ligasi arteri uterine dan avarika
Terkontrol
Transfusi
RAWAT LANJUT dan OBSERVASI
Perdarahan Masih
Transfusi
HIRSEKTOMI
Alur pikir






















(Rukiyah dan Yulianti, 2017 :288)